TUGAS KELOMPOK
PIL KB
JURUSAN
FARMASI
FAKULTAS
ILMU KESHATAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepadatan
penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
pemerintah yang sampai sekarang belum dapat diatasi, hal ini disebabkan karena
terjadi peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk
semakin lama menunjukkan permasalahan yang mengkhawatirkan, karena tidak diimbanginya
dengan peningkatan kesejahteraan (Hasanah, 2006).
Pertambahan
jumlah penduduk tidak saja mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan
kesejahteraan rakyat di bidang pangan, tetapi juga lapangan kerja, pendidikan,
kesehatan dan perumahan
( Hardjowijoto, 1992).
Oleh
karena itu pemerintah menjadikan program keluarga berencana sebagai bagian dari
pembangunan nasional. Peningkatan pelayanan program keluarga berencana
merupakan salah satu cara untuk merencanakan dan mengatur jarak kelahiran.
Dalam usaha member pelayanan kepada masyarakat berbagai macam metode
kontrasepsi telah ditawarkan, akan tetapi sampai sekarang metode kontrasepsi
yang ideal belum ada. Kontrasepsi yang ideal harus memenuhi beberapa
syarat-syarat sebagai berikut:
1. dapat dipercaya
2. tidak menimbulkan efek yang mengganggu
kesehatan
3. daya kerjanya dapat diatur menurut
kebutuhan (reversibel)
4.
tidak dapat menimbulkan gangguan sewaktu coitus
5.
tidak memerlukan motivasi terus menerus
6.
mudah pelaksanaannya
7.
murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Albar, 1997).
BAB II
TUJUAN
PUSTAKA
Morfologi
dan Anatomi Ovarium
Secara
anatomi alat kelamin wanita dapat dibagi
menjadi 3 bagian besar yaitu:
·
gonad
atau ovarium yang merupakan alat kelamin utama yang berfungsi menghasilkan telur,
saluran-saluran reproduksi betina terbagi menjadi: oviduct atau tuba falopii,
uterus yang terbagi lagi atas kornua uteri dan korpus uteri, servik dan vagina,
alat kelamin bagian luar yang terdiri atas klistoris dan vulva. Pada mamalia ovarium
terdapat sepasang dan tempatya di dekat ginjal dimana gonad berasal
(Partodihrdjo, 1992). Jaringan dasar ovarium yang disebut dengan stroma mengandung
serat jaringan ikat, otot polos, dan pembuluh darah yang bergelung-gelung
banyak. Dalam stroma cortex banyak sekali folikel , folikel itu terdiri
dari oosit dan sel-sel folikel (Yatim, 1994). Ovarium terdiri dari dua bagian
yaitu medulla dan kortex (Susilawati, 1992).
· Kortex
adalah bagian kulit ovarium terletak di bagian germinal. Terdiri dari jaringan
ikat interestrial yang disebut stroma. Stroma kortex terdiri dari
jalinan serat retikulosa dan sel bentuk gelendong mirip otot polos. Pada stroma
kortex banyak terdapat folikel ketika folikel atresia (Yatim, 1994).
Bagian
korteks ovarium terbagi atas epitel kecambah, folikel dari berbagai ukuran dan
tingkat berbagai pertumbuhan, korpus luteum, dan tenunan jaringan pengikat
(Hardjopranjoto, 1995). Sebuah folikel terdiri dari satu oosit yang dikelilingi
oleh satu lapis atau lebih sel folikuler, yaitu sel-sel granulose (Junguiera, etal,1992).
·
Medula
adalah bagian sum-sum ovarium, stroma medula terdiri dari sel
fibroblast, serat elastik, dan otot polos . Medula terdiri dari jaringan
fibroelastis longgar yang mengandung pembuluh darah besar, pembuluh limfa dan
saraf (Yatim, 1996).
Ovarium
diselaputi oleh selapis sel-sel yang berasal dari lapisan peritonium, yang kemudian
berubah menjadi bentuk kubus disebut epitel germinal (Yatim,1994)
Ovarium
berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin berfungsi
menghasilkan telur dan sebagai kelenjar eksokrin berfungsi menghasilkan telur
dan sebagai kelenjar endokrin befungsi menghasilkan hormon steroid yaitu
estrogen, progesteron, relaxin dan Inhibidin (Susilawati, 1992).
Histologi
Ovarium
1. F 1. Folikel
Primodial
Folikel
primodial paling banyak sebelum lahir. Masing-masing terdiri dari satu oosit primer
yang hanya terbungkus oleh satu lapis sel folikuler yang pipih. Oosit pada
folikel primordial berbentuk sel yang bulat berdiameter sekitar 25 μm. Sel
folikuler satu sama lain terhubung oleh desmosom. Basal lamina mendasari
sel-sel folikuler dan menandai batas antara folikel yang avaskuler dengan
stroma yang mengelilingi (Junguiera et al.,1992).
2.
Folikel Berkembang
Folikel berkembang kebanyakan
terdiri atas sel-sel folikuler, oosit primer dan stroma yang mengelilingi
folikel. Oosit tumbuh paling cepat selama fase awal perkembangan folikel,
hingga sel oosit mencapai diameter maksimum sekitar 125-150 μm. Sel-sel
folikular membentuk satu lapis sel-sel berbentuk kuboid. Sel-sel folikular berproliferasi
secara mitosis membentuk epitel folikar berlapis atau membran garnulosa.
Selapis
tebal zona pellusida mengelilingi oosit yang tersusun paling sedikit 3
glikoprotein yang berbeda. Dan diduga bahwa oosit dan sel-sel folikular
(sel-sel granulosa) memberikan kontribusi pada sintesis zona pellusida. Filopodia
dari sel-sel folikular da mikrovili dari oosit menembus zona pellusida dan
berhubungan satu sama lain dengan ga junctions (Junguiera et al.,1992).
Ketika
modifikasi diatas terbentuk, stroma secara cepat menglilingi folikel, berdifferensiasi
membentuk theca folikuli. Lapisan ini kemudian berdiferensiasi menjadi theca
interna dan theca externa. Sel-sel theca interna berbentuk kuboid
setelah berdiferensiasi secara lengkap, yang mempunyai karakteristik
ultrastruktur sebagai sel penghasil steroid. Theca externa terutama terdiri
atas jaringan ikat. Pembuluh darah kecil menembus theca externa dan membentuk
banyak pleksus kapiler di sekitar sel-sel sekretoris dari theca interna. Batas
antara kedua theca tidaklah jelas, begitu juga batas antara theca externa dan
stroma ovarium. Sedangkan batas antara theca interna dan membran granulosa
dapat diidentifikasi secara baik selama kedua sel berdiferensiasi secara
morfologis dan diantara keduanya terdapat basal lamina yang tebal (Junguiera etal.,1992).
Selama
perkembangan folikel terjadi akumulasi dari cairan folikular yang terlihat diantara
sel-sel. Kavitas yang berisi cairan ini bergabung dan akhirnya membentuk satu cavum,
yaitu antrum. Folikel ini dinamakan secondary (vesicular) follicles. Sel-sel
membrangranulosa lebih banyak pada satu tempat tertentu dari dinding
follikular, membentuk tonjolan kecil sel-sel yang disebut cumulus ooporus yang
terdapat oosit. Kumulus ooporus menonjol kedalam antrum (Junguiera et
al.,1992).
3.
Folikel Matang
Folikel
de graff yang matang menonjol ke permukaan indung telur. Pada tempat ini tunika
albugenia dan theca folikel menipis dan disebut stigma. Antrum yang
besar dipenuhi dengan cairan dan dibungkus dengan granulosa. Telur telah
mencapai ukuran terbesar dan dikelilingi oleh zona pellusida yang tebal dan
korona radiata yang mencolok. Setelah mencapai kematangan folikel tampak
reruang tak beraturan berisi cairan diantara sel-sel kumulus ooforus yang
memperlemah tambatan telur pada membran granulose (Leeson, etal., 1996).
4.
Korpus Luteum
Sesudah
ovulasi kadang terdapat perdarahan kecil ke dalam rongga folikel. Dinding folikel
kempis dan berlipat-lipat berubah menjadi kelenjar sementara disebut korpus luteum.
Sel granulosa folikel berkembang menjadi sel besar, pucat berinti besar lembung.
Sel
granulosa yang telah berubah disebut sel lutein granulosa yang membentuk
lapisan tebal berlipat-lipat di bekas ruang folikel. Sel theca interna yang
menjelang ovulasi bertambah besar membentuk sel lutein teka. Sel
berukuran lebih kecil daripada sel lutein granulosa dan mempunyai inti padat,
terpulas gelap. Sel berkumpul di tepian terutama pada celah diantara lipatan
lapis sel granulosa. Teka externa bertahan pada bentuknya yang lonjong teratur
dan unsur sel di sini tidak mengalami perubahan (Leeson,etal., 1996).
Banyak
kapiler dan jaringan ikat teka menyusupi kerumunan sel lutein. Fibroblas menganyam
jejala halus di seluruh korpus luteum dan membentuk pembatas utuh di permukaan
dalam sel lutein yang berakibat menyempitnya ruang folikel. Bila telur tidak dibuahi
korpus luteum mencapai perkembangan terbesar sekitar 9 hari setelah ovulasi kemudian
mulai mengisut, dan ini disebut korpus luteum menstruasi. Pembuluh darah
yang semula banyak, berkurang dan unsur sel mengecil dan mengalami degenerasi
lemak. Jaringan ikat diantara sel lutein meningkat jumlahnya dan mengalami
hialinisasi dan secara bertahap, sedikit demi sedikit korpus luteum berubah
menjadi parut putih yang disebut korpus albikans (Leeson, et al., 1996).
5.
Folikel Atresia
Semua
folikel yang gagal berkembang menjadi layu, mungkin sebagai folikel primer atau
setelah tingkat apapun selama perkembangan. Pengisutan folikel ini disebut atresia
yang tampaknya dimulai dari dalam telur. Peristiwa tersebut diikuti oleh
kelayuan sel folikel. Pada atresia folikel primer, ruang yang terbentuk diisi
dengan stroma. Atresia pada folikel berkembang peristiwanya lebih rumit,
seperti pada atresia folikel primer, tanda kelayuan dimulai pada telur dan sel
folikel. Zona pellusida mengembang dan bertahan untuk beberapa lama sesudah
hilangnya telur dan folikel. Sel teka interna berkembang mirip seperti pada
korpus luteum. Sel tersebut membesarkan ukurannya, tersusun dalam jajaran mirip
jari-jari dan berpembuluh darah. Membran kemaka (Glassy membran) juga bertambah
tebal dan membentuk sabuk hialin. Sesudah penyerapan sel-sel folikel sel
tekamenjadi layu dan digantikan dengan jaringan ikat (Junguiera et al.,1992).
Gambar.Ovarium
(Ganong, 2007)
Fisiologi
Ovarium
Dalam kajian fisiologi ovarium maka
tidak akan lepas dari pembentukan folikel (folikulogenesis), ada 3 macam
folikel di kortex ovarium yang meliputi: folikel muda, folikel tumbuh, dan
folikel matang. Folikel muda tumbuh sejak bayi sampai akil baligh, maka folikel
tersebut disebut dengan folikel tumbuh. Folikel tumbuh menempuh 3 tahap:
primer, sekunder dan tertier. Folikel matang ialah folikel tertier yang telah
mengalami pematangan disebut dengan folikel de graaf (Yatim, 1994).
Dalam kortex ada 5 macam folikel: 1)
folikel muda, 2) folikel primer, 3) folikel sekunder, 3) folikel tertier, 4)
folikel de graaf. Folikel muda terdiri dari oosit besar yang diseliputi selapis
sel-sel folikel yang gepeng (Yatim, 1994).
Folikel primer berasal dari satu epitel
benih yang membelah diri. Sel yang akan menjadi ovun berada ditengah-tengah dikelilingi
oleh sel-sel kecil hasil pembelahan yang nantinya akan berkembang menjadi sel granulosa
(Partodihardjo, 1992).
Oosit
membentuk mikrovilli, sedang sel granulose membentuk filopodia yang merupakan
tonjolan-tonjolan halus panjang ke arah oosit (Yatim, 1994).
Folikel sekunder oosit mencapai besar
maksimal dan letaknya eksentrik dalam folikel. Sel garnulosa terdiri dari 6-12
lapis sel. Folikel tertier terbentuk rongga dalam folikel yang disebut dengan
antrum. Antrum ini bersisi cairan liquor folliculi. Folikel degraaf
oosit diselaputi beberapa lapis sel granulosa yang berada dalam suatu jorokan
ke dalam antrum yang disebut dengan cumulus oophorus.
Deskripsi
Hormon Reproduksi wanita
Dalam ovarium mensintesis 3 macam hormon,
yaitu: estrogen, progesteron, dan relaxin. Estrogen dan progesteron merupakan
hormon steroid, sedangkan relaxin merupakan poliptide (Partodihardjo, 1992).
Estrogen merupakan hormon yang berperan penting
pada kerja sel granulosa, sel teca, dan sel luteal ovarium. Hormon estrogen ini
juga berperan pada reseptor FSH dan LH (Suhaemi, 2007), reseptor FSH pada sel granulose
berperan dalam perkembangan folikel. Hormon FSH bersifat obligatori bagi
seleksi dan perkembangan folikel dominan. System sinyal reseptor FSH berperan
penting dalam pertumbuhan dan diferensiasi folikel dominan melalui kemampuannya
membentuk cairan folikel, proliferasi sel, produksi E2 dan ekspresi reseptor LH
(Suhaemi, 2007).
Hormon yang menstimulasi folikel
merupakan suatu hormon glikoprotein yang diproduksi oleh pituitari anterior,
yang bersama dengan LH mengatur fungsi gonad dengan mengikat cAMP dalam
jaringan gonad target. FSH, seperti glikoprotein pituitari lainnya, tersusun
dari satu subunit alfa yang lazim dapat meningkatkan kerja hormon dan subunit beta
yang unik memberikan kekhususan. Fungsi pokok FSH adalah untuk menstimulasi perkembangan
gametogenesis dan folikel pada wanita dan perkembangan spermatogenesis pada
pria. FSH bekerja pada folikel ovarium yang belum dewasa dan menginduksi
perkembangan oosit dan folikel dewasa (Katzung, 2002).
Selain FSH yang berperan dalam
perkembangan folikel hormon LH diketahui pula membantu perkembangan folikel
hingga folikel mencapai proses pematangan yang sempurna. LH diketahui juga
berperan dalam merangsang produksi estrogen dalam folikel oleh sel-sel
granulosa dan teca interna (Partodihardjo, 1992).
Baik LH maupun FSH diperlukan untuk
steroidogenesis ovarium dengan tepat. LH menstimulasi produksi androgen oleh
sel-sel tersebut, dan FSH menstimulasi perubahan androgen menjadi estrogen oleh
sel granulosa (Katzung, 2002).
Hormon luteinisasi (LH) merupakan hormon
glikoprotein yang terdiri dari dua rantai dan seperti FSH dihasilkan oleh
pituitari anterior. LH terutama bertanggung jawab terhadap pengaturan produksi
hormon steroid gonad. Pada pria, LH bekerja pada sel leydig testis untuk
menstimulasi poduksi testosteron. Di dalam ovarium, LH bersama-sama FSH bekerja
untuk menstimulasi perkembangan folikel. LH bekerja pada folikel yang sudah matang
untuk menginduksi ovulasi, dan menginduksi korpus luteum dalam fase luteal dari
siklus menstruasi untuk menghasilkan progesteron dan androgen (Katzung, 2002).
Estrogen steroid dapat dihasilkan dari
hewan dan banyak juga ditemukan estrogen nonsteroid yang telah disintesis.
Banyak fenol memiliki aktivasi estrogen, dan banyak aktivasi estrogen telah
dikenal berbagai bentuk kehidupan yang ditemukan dalam sedimen lautan.
Senyawa-senyawa menyerupai estrogen (Flavonoid) banyak ditemukan pada tumbuhan
termasuk pada kedelai dan makanan lainnya. Estrogen utama yang dihasilkan oleh
wanita adalah estradiol (estradiol 17β, E2), estrone (E1) dan estriol
(E3). Estradiol adalah produk sekresi utama dari ovarium. Meskipun estron tertentu
diproduksi dalam ovarium, sebagian besar estrone dan estriol dibentuk di
hati dari estradiol atau dibentuk di jaringan-jaringan perifer dari androstenedione
dan androgen lainnya. Selama fase awal menstruasi estrogen diproduksi dalam
folikel ovarium oleh sel-sel teca dan sel-sel granulosa. Setelah ovulasi
estrogen dan progesteron disintesisi oleh sel-sel granulose luteinisasi dan sel
teca dari korpus luteum, dan jalur sintesisnya agak berbeda (Katzung,2002).
Hormon progesteron yang terdapat pada
ovarium terbentuk pada bagian folikel, sel- sel ovarium dan Korpus luteum (KL).
Korpus luteum (KL) adalah jaringan tubuh yang banyak membentuk progesteron.
Menurut Mahaputra dan Restia (1993) dalam Husnurrizal (2008) Penurunan kadar
progesteron ini akan merangsang hipofisa anterior melepaskan FSH dan LH, kedua
hormon ini bertanggung jawab dalam proses folikulogenesis dan ovulasi, sehingga
terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel. Folikelfolikel tersebut akhirnya
menghasilkan hormon estrogen yang mampu memanifestasikan gejala birahi. Dalam
uterus progesteron mempunyai tiga pengaruh nyata yang meliputi : pertama untuk
menghambat kontraksi myometrium, kedua progesteron merangsang tumbuhnya kelenjar-kelenjar
susu uterus pada endometrium. Ketiga pada spesies tertentu implantasi selalu
diikuti oleh proses perkembangan sel-sel permuksaan endometrium yang menerima blastocyt
yang disebut deciduoma (Partodihardjo, 1992).
Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan suatu cara yang
dapat menghambat proses ovulasi sampai dengan menyebabkan kegagalan uterus
untuk menerima embrio untuk implantasi disebut dengan kontrasepsi, apabila
bahan tersebut bekerja setelah proses implantasi disebut dengan abortivum
(Meles, 2001).
Pernyataan di atas sama halnya dengan
antifertilitas yang merupakan tujuan dari penelitian ini, karena antifertilitas
merupakan suatu bahan yang dapat mempengaruhi secara fisiologis sistem
reproduksi hewan betina maupun jantan dengan tujuan untuk mencegah terjadi
kebuntingan. Suatu bahan antifertilitas yang menghambat proses ovulasi sampai
dengan menyebabkan kegagalan uterus untuk menerima embrio untuk implantasi
disebut dengan kontrasepsi, apabila bahan tersebut bekerja setelah proses
implantasi disebut dengan abortivum (Meles, 2001).
Bahan yang digolongkan sebagai
antifertilitas dapat bekerja pada berbagai tempat di dalam tubuh yaitu pada
poros hipothalamus hipofisa ovarium, tubafalopii, uterus dan pada proses
spermatogenesis. Bahan antifertilitas yang bekerja pada ovarium dapat mempengaruhi
proses pembentukan folikel dan proses ovulasi. Bahan antifertilitas yang bekerja
pada tubafalopii dapat mempengaruhi transportasi ovum maupun spermatozoa, proses
fertilisasi dan transport dari zygot. Bahan antifertilitas yang bekerja pada
uterus dapat mempengaruhi proses implantasi, organogenesis dan perkembangan
fetus (Wurlina, 2005).
Dalam Islam masalah tentang kontrasepsi
banyak dibicarakan, hal ini sangat berkaitan dengan diadakannya suatu pogram
keluarga berencana. Rasulullah SAW bersabda “ Bencana yang nyata adalah
memiliki banyak keluarga dengan harta yang sedikit”. Berdasarkan keterangan ini
dapat dikatakan bahwa keluarga yang ditanyakan itu adalah keluarga yang fakir,
dan tidak mampu menyediakan nafkah yang sesuai dengan jumlah anak yang
dimiliki, maka keluarga tersbut boleh menggunakan alat-alat kontrasepsi yang
dibenarkan dan aman untuk digunakan untuk mengatur jarak kelahiran. Selain
itupenggunakan kontrasepsi juga diperbolehkan jika untuk menjaga kesehatan atau
karena alasan kesehatan.
Hormon
Kontrasepsi
Estrogen atau hormon seks wanita bertanggung
jawab atas pertumbuhan dan perkembangan tuba falopi, ovarium, uterus dan alat
kelamin eksternal serta karakteristik seksual sekunder wanita. Estrogen
terutama berkaitan dengan perubahan-perubahan siklus normal yang terjadi pada
endometrium dan rahim selama siklus (Herman, 1996).
Estrogen merupakan hormon steroid yang
paling sedikit jumlah atom karbonnya yaitu terdiri dari 18 atom karbon.
Estrogen disintesis dan dibebaskan dalam sirkulasi darah oleh ovarium,
plasenta, dan adrenal kortex (Partodihardjo, 1992).
Bagian terpenting dari ovarium yang
membentuk estrogen adalah sel-sel teca interna, jika folikel de graaf mencapai
kebesaran yang optimal untuk ovulasi maka jumlah sel-sel teca interna mencapai
puncaknya, dan efek biologi akan maksimal yang ditandai dengan tingkah laku
birahi betina (Partodihardjo, 1992). Fungsi utama estrogen adalah menyebabkan
poliferasi sel-sel dan alat kelamin, memelihara system reproduksi dan menimbulkan
tanda-tanda seks sekunder pada betina (Yatim, 1996).
Estrogen terutama estradiol bertanggung
jawab atas timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder pada hewan betina, menjelang
ovulasi konsentrasi estradiol tinggi di dalam tubuh dan menekan produksi FSH
dan dengan menstimuler LH menyebabkan terjadinya ovulasi (Partodihardjo, 1992).
Progestin merupakan hormon yang secara
alami terutama diproduksi oleh corpus luteum dan plasenta yang berperan dalam
reproduksi dengan mempersiapkan endometrium untuk implantasi telur dan membantu
perkembangan serta berfungsi kelenjar mammary. Progesterone merupakan
progestin alam yang paling banyak yang memiliki fungsi lain sebagai prazat
untuk produksi berbagai androgen, kortikosteroid dan estrogen secara endogen
(Herman, 1996).
Organ reproduksi yang menghasilkan
progesteron antara lain: ovarium, testes, adrenal cortex dan plasenta.
Progestreon ini berfungsi untuk menstimulasi endometrium untuk tumbuh lebih
lanjut serta mensekresi dan mengumpulkan zat-zat gizi bagi telur menjadi janin
(Partodihardjo, 1992). Progesteron mempertahankan kebuntingan dengan menghasilkan
suatu lingkungan endometrial yang sesuai dengan kelanjutan hidup dan perkembangan
embrio (Toilehere, 1998).
Progesteron bekerja sama dengan
esterogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan system alveolar kelenjar
mamae. Progesteron yang menghambat produksi FSH dan LH mencegah terjadinya
estrus, ovulasi dan siklus birahi (Toelihere, 1993).
Mekanisme
Kerja Hormon Kontrasepsi
Pemakaian estrogen dan progestin dapat
menggangu fertilitas dengan berbagai cara, sangat jelas bahwa campuran antara
keduanya yaitu estrogen dan progestin dapat menghambat ovulasi dan menggangu
fertilitas. Pengukuran FSH dan LH dalam sirkulasi menunjukkan bahwa kombinasi
estrogen dan progesteron menekan kedua hormon gonadotropin. Penghambatan
sekresi hormon tersebut dapat menunjukkan bahwa ovulasi dapat dicegah dengan
baik dengan inhibisi stimulus ovarium pencegahan pertumbuhan folikel (Herman,
1996).
Pemakaian progestin secara terus menerus
dalam dosis yang cukup menghentikan siklus selama pemberian, dapat menyebabkan
atropi ovarium serta endometrium. Kontrasepsi progestin tunggal menekan
bervariasi FSH, LH dan ovulasi yang menjelaskan efek umpan balik pada
kombinasinya. Dosis besar estrogen yang digunakan sebagai kontrasepsi setelah
senggama menghambat fertilisasi dan nidasi dengan berbagai cara. Motilitas
saluran telur mungkin berubah seperti halnya endometrium dan penghentian dosis
besar estrogen yang menginduksi perdarahan (Herman, 1996).
Metode
Kontrasepsi
·
Kontrasepsi
Hormonal
Sekarang
ini banyak tersedia kontrasepsi oral yang mengandung hormon estrogen atau
progestin (atau keduanya). Preparat-preparat ini berbeda secara kimia dan kemungkinan
banyak memiliki kesamaan, tetapi ada perbedaan yang jelas. Dua tipe preparat
digunakan untuk kontrasepsi oral: (1) gabungan estrogen dan progestin dan (2) terapi
progestin secara terus menerus tanpa pemberian estrogen secara bersamaan. Preparat-preparat
yang digunakan secara oral diabsorpsi dengan baik, dan dalam preprat kombinasi
farmakokinetika salah satu obat secara signifikan tidak dapat diubah oleh obat lain
(Katzung, 2002).
Mekanisme
kerja kombinasi estrogen dan progestin menyebabkan efek kontrasepsi yang
umumnya melalui hambatan selektif fungsi pituitari yang menyebabkan hambatan ovulasi.
Agen kombinasi ini juga menyebabkan perubahan mukosa serviks dalam endometrium
rahim, dan menyebabkan perubahan motilitas dan sekresi dalam tube uterina, yang
semuanya menurunkan kemungkinan terjadinya konsepsi dan implantasi. Penggunaan
progestin saja secara terus menerus tidak selalu menghambat ovulasi. Oleh karena
itu, faktor lain yang telah disebutkan berperan penting untuk mencegah
kehamilan apabila agen-agen ini digunakan (Katzung, 2002).
Kombinasi
kedua hormon tersebut secara kronis mendepresi fungsi ovarium. Perkembangan folikuler
menjadi minimal, korpus luteum, folikel-folikel yang lebih besar, stroma edema,
dan fitur-fitur normal yang biasanya terlihat pada wanita-wanita yang sedang
mengalami ovulasi tidak tampak. Ovarium umumnya menjadi lebih kecil bahkan ketika
membesar sebelum terapi dilakukan (Katzung, 2002).
Efek
kontrasepsi oral pada sistem saraf karena adanya kombinasi antara estrogen dan
progestin telah diketahui pada hewan. Estrogen cenderung meningkatkan
eksitabilitas (kemapuan eksitasi pada otak), sementara progesteron
menurunkannya. Estrogen juga diketahui mampu mengubah struktur dan dan fungsi
adrenal. Estrogen yang diberikan secara oral atau dalam dosis yang tinggi akan
meningkatkan konsentrasi plasma globulin α2 yang mengikat cortisol (globulin
pengikat-corticosteroid). Globulin pengikat-thyroxin meningkat,
akibatnya jumlah kadarkadar plasma thyroxin (T4) meningkat lebih besar
dibandingkan kadar yang terlihat saat kehamilan. Estrogen dapat menurunkan
kadar plasma androgen bebas dengan cara meningkatkan ikatannya. Sejumlah besar
estrogen kemungkinan menurunkan androgen melalui supresi gonadotropin.
Hormon-hormon tersebut juga mempunyai efek besar pada fungsi hati, karena
sebagian besar dapat merusak hati (Katzung, 2002).
·
Kontrasepsi
Oral
Pil
adalah obat pencegah kehamilan yang diminum secara oral. Sedangkan minipil cenderung
berisi derivat progestin. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan
cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur.
Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah
menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui
bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda
sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan
disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain (Evitaphani, 2009).
Pil
dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau menjarangkan waktu
kehamilan-kehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan wanita. Berdasarkan atas
bukti-bukti yang ada dewasa ini, pil itu dapat diminum secara aman selama
bertahuntahun. Tetapi, bagi wanita-wanita yang telah mempunyai anak yang cukup
dan pasti tidak lagi menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka
panjang lainnya seperti spiral atau sterilisasi, hendaknya juga
dipertimbangkan. Akan tetapi, ada pula keuntungan bagi penggunaan jangka
panjang pil pencegah kehamilan. Misalnya, beberapa wanita tertentu merasa
dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil daripada tidak. Atau mungkin
menginginkan perlindungan yang paling efektif terhadap kemungkinan hamil tanpa
pembedahan. Kondisi-kondisi ini merupakan alasan-alasan yang paling baik untuk menggunakan
pil itu secara jangka panjang (Evitaphani, 2009).
Menurut
(Evitaphani, 2009) Macam – macam pil ini adalah :
1.
Pil Kontrasepsi Oral Tipe Kombinasi
2.
Pil Kontrasepsi Oral Tipe Sekuensial
3.
Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Mini
4.
Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Pascasanggama (Morning After Pill, 2007).
·
Implan
Progestin
Kapsul subdermal yang mengandung levonorgestrel
menawarkan kontraseptik jangka pangjang. Enam kapsul ,masing-masing sebesar
korek api ,ditempatkan subkutan pada lengan atas.progestin dilepaskan dengan
lambat dari kapsul yang memberikan perlindungan kontasepsi kira- kira 5 tahun
.implan ini lebih murah dari pada kontasepsi orang lebih dapat dipercaya
seperti sterilisasi,dan reversible total jika impaln di angkat dengan
pembedahan.
·
Intra uterine device (IUD)
IUD atau awam menyebutnya spiral adalah alat plastik kecil yang
terbungkus dengan kabel tembaga. Alat berbentuk "T" ini menghambat
kehamilan dengan mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur dengan cara
menghentikan jalan sperma ke tuba falopi atau dengan mengganti jalan uterus
sehingga telur yang matang tidak dapat dibuahi.
Sesuai tipenya, IUD dapat digunakan secara efektif dalam
jangka waktu 5-10 tahun tanpa harus diganti. Bentuknya cukup kecil sehingga
ginekolog dapat memasukkan alat ini ke dalam uterus dengan prosedur yang mudah.
Selain efektif, para dokter ginekolog juga menyatakan risiko
efek samping dari alat kontrasepsi ini terbilang kecil. Risiko kehamilan dari
penggunaan implan hanya sekitar 0,05 persen.
Rekomendasi baru yang dikeluarkan American College of
Obstetricians and Gynecologist ini menggantikan pedoman lama yang dikeluarkan
Januari 2005. Pada saat itu dinyatakan hanya wanita yang sudah melahirkan dan
memiliki risiko penularan penyakit seksual saja yang disarankan untuk memakai
IUD. Kendati demikian, banyak akseptor yang tidak termasuk dalam kriteria
tersebut tetap memilih IUD dan implan.
Setiap metode kontrasepsi memiliki efek samping,
termasuk dengan IUD. Menurut para ahli dari Mayo Clinic, IUD bisa menimbulkan
efek samping sakit kepala, berat badan bertambah, perubahan mood,
serta rasa nyeri dan jumlah darah haid lebih banyak. Perdarahan yang terlalu
lama juga bisa menyebabkan anemia.
Efek samping lain yang dicatat antara lain nyeri saat
berhubungan seks dan inflamasi di bagian vagina. Efek samping tersebut akan
berkSurang
atau menghilang seiring dengan lamanya alat KB ini digunakan.
1.
`KONTRASEPSI
ORAL
a.
Cerazette
Komposisi : desogestrel
Indikasi : kontrasepsi
Dosis : 1 tablet/ hari
KI : dik. Atau diduga hamil,
penyakit troembolik aktif, riwayat penyakit hati berat, tumor yang tergantung
progestagen, pendarahan vagina tidak terdiagnosa, hipersensitif terhadap
terhadap komponen obat
EF : kanker payudara, kanker hati,
tromboemboli, kloasma, sakit kepala, BB meningkat, nyeri payudara, mual,
pendarahan yang tidak teratur, amenore, akne, perubahan emosi, penurunan
libido, vaginitis, disminore, kista ovarium, muntah, alopesia, lelah, ruam
kulit, urtikaria, eritemia nodosum.
IO : hidantoin, barbiturat,
primidon, karbamazepin, rifampisin, okskarbazepin, rifabutin, troglitazon,
felbamat, griseofulvin.
b.
Cyclogynon
Komposisi : ethinyl estradiol 0,03 mg, levonortgestrel
0,15 mg
Indikasi : kontrasepsi oral untuk mencegah
kehamilan
KI : pasien dengan riwayat atau
mengalami gangguan tromboflebitis atau trombo embolik. Penyakit arteri
serebrovaskular atau koroner. Diduga atau diketahui kanker payudara. Kanker
endometriumatau diduga neoplasia yang tergantung estrogen. Perdrahan abnormal genital
yang tidak diketahui penyebabnya. Ikterus selama hamil atau karena penggunaan
obat kontrasepsi seblumnya. Penyakit hati berat ataukanker hati. Diketahui atau
diduga adanya kehamilan. Anemia sel sabit. DM berat badan dengan gangguan
vaskuler. Gngguan metabolisme lipid. Riwayat herpes gastational. Otosklerosis
yang memburk selama kehamilan.
ES : kloasma yang dieksaserbasi oleh
sinar matahari.penurunan toleransi terhadap lensa kontak. Tromboflebitis,
tromboemboli arterial, emboli pulmoner, infark miokard,perdarahan serebral,
trobosis retinal, mual, muntah, kram perut, perubahan haid, dll.
IO : efek berkurang oleh rifampisin,
ampicillin, tetrasiklin, barbituat, fenilbutazon, fenitoin Na, karmazepin,
griseofulvin. Meningkatkan kebutuhan akan insulin atau obat antidabetes lain.
c.
Diane 35
Komposisi : cyproterone acetate 2 mg, ethinyl estradiol
0.035 mg
Indikasi : kontrasepsi oral. Jerawat pada pasien
yang menggunakan kontrasepsi
KI : hamil, laktasi, gangguan fungsi
hati berat, riwayat ikterus idiopatik atau pruritas selaa hamil, sindroma
Dubin-Johnson, sindrom Rotor, tumor hati, trombombolik, anemia sel sabit, dalam
pengobatan kanker payudara atau endometrium, DM berat, gangguan metabolisme
metabolisme lemak, riwayat herpes dan otosklerosis pada kehamilan, pendarahan
yang abnormal.
ES : perlunakan payudara, nyeri pada
payudara, sakit kepala, perasaan depresi, mual, nyeri perut, perubahan BB.
IO : fenioin, barbiturat, primidon,
karbamasezepin, rifampisin, popiramad, felbamat, penisilin, tetrasiklin,
siklosporin, dll.
d.
Exluton
Komposisi : lynestrenol
Indikasi : kontrasepsi oral
KI : hamil, penyakit hati berat,
riwayat ikterik, herpes gestasionis dalam kehamilan, pendarahan vagina tidak
terdiagnosa, riwayat kehamilan tuba.
ES : perubahan BB, gangguan GI,
sakit kepala, migran, perubahan mood, ruam, perubahan sekresi serviks,
kandidiasis, penurunan toleransi glukosa, peyudara melunak.
IO : antikoagulan, barbituran,
rifampisisn, beberapa laksatif.
2.
KONTRASEPSI SUNTIK
a.
Cyclofem
Komposisi : per ml medroxyprogesterone acetat 50 mg,
estradiol cypionate 10 mg
Indikasi : kontrasepsi
KI : pendarahan vagina, ISK, patologi
payudara tak terdiaknosa. Pengguanaan rifampisin atau antikonvulsan.
b.
Planibu
Komposisi : medroxyprogesterone acetat
Indikasi : kontrasepsi
KI : pendarahan vagina yang tidak
diketahui penyebabnya, diketahui atau diduga kanker payudara, gangguan funsi
hati dan hamil
ES : haid teratur, perubahan BB,
sakit kepala, gugup, nyeri atau tidak enak pada abdomen, nyeri punggung bawah,
vaginitis,nyeri panggul atau payudara,kerang tungkai,depresi, ruamkulit,
kemerahan dan sensasi hangat pada wajah.
IO : aminoglutetimid tid.
3.
KONTRASEPSI
LAIN
a.
Copper-T Libi Safe Load dan Limas
Komposisi : IUD bentuk-T dengan kawat tembaga tipis yang
distabilkan dengan inti polyethylene dengan safe load
Indikasi : kontrasepsi intrauterun
KI : hamil; kehamilan ektopik,
malformasi atau distorsiuterus atau serviks uteri, penyakit radang panggul
aktif, danya riwayat penyakit menular seksual, aburtus yang terinfeksi
dalamwaku 3 bulan belakangan, perdarahan yang tak terdiagnosa, koagulopati,
pengobatan dengan antikoagulan, gangguan metabolisme tembaga, anemia berat.
ES : kram uterus dan atau nyeri
abdomen, sinkop, brakardia, episode neurovaskuler lain selamaatau sesudah
pemasangan atau pengangkatan IUD , perdarahan yang banyak,pemanjangan waktu
menstruasi,dismenore,nyeipunggung dan tungkai,penyakit radang panggul,keluarnya
sekret abnormal dari vagina,reaksi pada kulit berupa urtikaria.
b.
Implanon
Komposisi : etonogestrel
Indikasi : kontrasepsi reversibel jangka lama
KI : diketahui atau diduga hamil,
gangguan tromboembolik vena aktif, sedang atau pernah mengalami penyakit hati
berat, tumor yang tergntung progesteron, perdarahan yang tidak diketahui
penyebabnya.
ES : sakit kepala,pusing, gugup,
depresi, emosi labil, penurunan nafsu makan, nyeri perut, mual, kembung,
prubahan BB dan lipido, nyeri pada payudara, vaginitis, dismenero, perdarahan
tidak teratur, gejala yang menyerupai flu, letih, rasa panas dan kemerahan pada
wajah, akne, alopesia, nyeri dan reaki peda tempat injeksi.
c.
Nova T CU 200 AG
Komposisi :
IUD bentuk-T dengan kawat tipis terbuat dari copper(tembaga) yang distabilkan
dengan inti perak.
Indikasi :
kontrasepsi
KI :
diketahui atau diduga hamil, penyakit radang panggul, ISK bawah, endometrium
pasca partum, abortus terinfeksi selama 3 bulan silam, servisitis yang tidak
diterapi, keganasan uterus atau serviks yang tidak diterapi, pendarahan uterus
yang abnormal yang tidak terdiagnosa,alergi tembaga, penyakit Wilson,gangguan
koagulasi darah, kondisi yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap infeksi.
ES :
pendarahan haid bertambah banyak, bercak-bercak pendarahan,dismenore, nyeri
perut bawah atau nyeri punggung, anemia. Hamil.penyakit radang panggul,reaksi
alergi pada kulit.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
Estrogen endogen pada manusia terdiri
dari estradiol, estriol dan estron.
Sekresi estradiol paling banyak dan potensi estrogeniknya juga paling kuat. Oksidasi estradiol
menjadi estron dan hidrasi estron menjadi estriol terutama terjadi di hepar,
ketiga jenis estrogen tsb diekskresikan melalui urin dalam bentuk konyugasi
dengan asam sulfat atau glukuronat.
b.
Saran
Dalam penggunaan obat-obat kontrasepsi, sebaiknya
perhatikan efek samping dan interaksi obat yang ditimbulkan.