Jumat, 04 Januari 2013

Kontrasepsi Pil KB


TUGAS KELOMPOK
PIL KB






JURUSAN FARMASI
FAKULTAS ILMU KESHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2012



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah yang sampai sekarang belum dapat diatasi, hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya. Peningkatan jumlah penduduk semakin lama menunjukkan permasalahan yang mengkhawatirkan, karena tidak diimbanginya dengan peningkatan kesejahteraan (Hasanah, 2006).

Pertambahan jumlah penduduk tidak saja mempersulit usaha peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat di bidang pangan, tetapi juga lapangan kerja, pendidikan, kesehatan dan perumahan
( Hardjowijoto, 1992).

Oleh karena itu pemerintah menjadikan program keluarga berencana sebagai bagian dari pembangunan nasional. Peningkatan pelayanan program keluarga berencana merupakan salah satu cara untuk merencanakan dan mengatur jarak kelahiran. Dalam usaha member pelayanan kepada masyarakat berbagai macam metode kontrasepsi telah ditawarkan, akan tetapi sampai sekarang metode kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi yang ideal harus memenuhi beberapa syarat-syarat sebagai berikut:
 1. dapat dipercaya
 2. tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan
 3. daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan (reversibel)
4. tidak dapat menimbulkan gangguan sewaktu coitus
5. tidak memerlukan motivasi terus menerus
6. mudah pelaksanaannya
7. murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan   masyarakat (Albar, 1997).


BAB II
TUJUAN PUSTAKA

Morfologi dan Anatomi Ovarium

Secara anatomi alat kelamin wanita  dapat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu:
·         gonad atau ovarium yang merupakan alat kelamin utama yang berfungsi menghasilkan telur, saluran-saluran reproduksi betina terbagi menjadi: oviduct atau tuba falopii, uterus yang terbagi lagi atas kornua uteri dan korpus uteri, servik dan vagina, alat kelamin bagian luar yang terdiri atas klistoris dan vulva. Pada mamalia ovarium terdapat sepasang dan tempatya di dekat ginjal dimana gonad berasal (Partodihrdjo, 1992). Jaringan dasar ovarium yang disebut dengan stroma mengandung serat jaringan ikat, otot polos, dan pembuluh darah yang bergelung-gelung banyak. Dalam stroma cortex banyak sekali folikel , folikel itu terdiri dari oosit dan sel-sel folikel (Yatim, 1994). Ovarium terdiri dari dua bagian yaitu medulla dan kortex (Susilawati, 1992).
·   Kortex adalah bagian kulit ovarium terletak di bagian germinal. Terdiri dari jaringan ikat interestrial yang disebut stroma. Stroma kortex terdiri dari jalinan serat retikulosa dan sel bentuk gelendong mirip otot polos. Pada stroma kortex banyak terdapat folikel ketika folikel atresia (Yatim, 1994).
Bagian korteks ovarium terbagi atas epitel kecambah, folikel dari berbagai ukuran dan tingkat berbagai pertumbuhan, korpus luteum, dan tenunan jaringan pengikat (Hardjopranjoto, 1995). Sebuah folikel terdiri dari satu oosit yang dikelilingi oleh satu lapis atau lebih sel folikuler, yaitu sel-sel granulose (Junguiera, etal,1992).
·         Medula adalah bagian sum-sum ovarium, stroma medula terdiri dari sel fibroblast, serat elastik, dan otot polos . Medula terdiri dari jaringan fibroelastis longgar yang mengandung pembuluh darah besar, pembuluh limfa dan saraf (Yatim, 1996).
Ovarium diselaputi oleh selapis sel-sel yang berasal dari lapisan peritonium, yang kemudian berubah menjadi bentuk kubus disebut epitel germinal (Yatim,1994)
Ovarium berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Sebagai kelenjar eksokrin berfungsi menghasilkan telur dan sebagai kelenjar eksokrin berfungsi menghasilkan telur dan sebagai kelenjar endokrin befungsi menghasilkan hormon steroid yaitu estrogen, progesteron, relaxin dan Inhibidin (Susilawati, 1992).

Histologi Ovarium
1.      F    1. Folikel Primodial
Folikel primodial paling banyak sebelum lahir. Masing-masing terdiri dari satu oosit primer yang hanya terbungkus oleh satu lapis sel folikuler yang pipih. Oosit pada folikel primordial berbentuk sel yang bulat berdiameter sekitar 25 μm. Sel folikuler satu sama lain terhubung oleh desmosom. Basal lamina mendasari sel-sel folikuler dan menandai batas antara folikel yang avaskuler dengan stroma yang mengelilingi (Junguiera et al.,1992).
2.   Folikel Berkembang
Folikel berkembang kebanyakan terdiri atas sel-sel folikuler, oosit primer dan stroma yang mengelilingi folikel. Oosit tumbuh paling cepat selama fase awal perkembangan folikel, hingga sel oosit mencapai diameter maksimum sekitar 125-150 μm. Sel-sel folikular membentuk satu lapis sel-sel berbentuk kuboid. Sel-sel folikular berproliferasi secara mitosis membentuk epitel folikar berlapis atau membran garnulosa.
Selapis tebal zona pellusida mengelilingi oosit yang tersusun paling sedikit 3 glikoprotein yang berbeda. Dan diduga bahwa oosit dan sel-sel folikular (sel-sel granulosa) memberikan kontribusi pada sintesis zona pellusida. Filopodia dari sel-sel folikular da mikrovili dari oosit menembus zona pellusida dan berhubungan satu sama lain dengan ga  junctions (Junguiera et al.,1992).
Ketika modifikasi diatas terbentuk, stroma secara cepat menglilingi folikel, berdifferensiasi membentuk theca folikuli. Lapisan ini kemudian berdiferensiasi menjadi theca interna dan theca externa. Sel-sel theca interna berbentuk kuboid setelah berdiferensiasi secara lengkap, yang mempunyai karakteristik ultrastruktur sebagai sel penghasil steroid. Theca externa terutama terdiri atas jaringan ikat. Pembuluh darah kecil menembus theca externa dan membentuk banyak pleksus kapiler di sekitar sel-sel sekretoris dari theca interna. Batas antara kedua theca tidaklah jelas, begitu juga batas antara theca externa dan stroma ovarium. Sedangkan batas antara theca interna dan membran granulosa dapat diidentifikasi secara baik selama kedua sel berdiferensiasi secara morfologis dan diantara keduanya terdapat basal lamina yang tebal (Junguiera etal.,1992).
Selama perkembangan folikel terjadi akumulasi dari cairan folikular yang terlihat diantara sel-sel. Kavitas yang berisi cairan ini bergabung dan akhirnya membentuk satu cavum, yaitu antrum. Folikel ini dinamakan secondary (vesicular) follicles. Sel-sel membrangranulosa lebih banyak pada satu tempat tertentu dari dinding follikular, membentuk tonjolan kecil sel-sel yang disebut cumulus ooporus yang terdapat oosit. Kumulus ooporus menonjol kedalam antrum (Junguiera et al.,1992).
3.      Folikel Matang
Folikel de graff yang matang menonjol ke permukaan indung telur. Pada tempat ini tunika albugenia dan theca folikel menipis dan disebut stigma. Antrum yang besar dipenuhi dengan cairan dan dibungkus dengan granulosa. Telur telah mencapai ukuran terbesar dan dikelilingi oleh zona pellusida yang tebal dan korona radiata yang mencolok. Setelah mencapai kematangan folikel tampak reruang tak beraturan berisi cairan diantara sel-sel kumulus ooforus yang memperlemah tambatan telur pada membran granulose (Leeson, etal., 1996).
4.      Korpus Luteum
Sesudah ovulasi kadang terdapat perdarahan kecil ke dalam rongga folikel. Dinding folikel kempis dan berlipat-lipat berubah menjadi kelenjar sementara disebut korpus luteum. Sel granulosa folikel berkembang menjadi sel besar, pucat berinti besar lembung.
Sel granulosa yang telah berubah disebut sel lutein granulosa yang membentuk lapisan tebal berlipat-lipat di bekas ruang folikel. Sel theca interna yang menjelang ovulasi bertambah besar membentuk sel lutein teka. Sel berukuran lebih kecil daripada sel lutein granulosa dan mempunyai inti padat, terpulas gelap. Sel berkumpul di tepian terutama pada celah diantara lipatan lapis sel granulosa. Teka externa bertahan pada bentuknya yang lonjong teratur dan unsur sel di sini tidak mengalami perubahan (Leeson,etal., 1996).
Banyak kapiler dan jaringan ikat teka menyusupi kerumunan sel lutein. Fibroblas menganyam jejala halus di seluruh korpus luteum dan membentuk pembatas utuh di permukaan dalam sel lutein yang berakibat menyempitnya ruang folikel. Bila telur tidak dibuahi korpus luteum mencapai perkembangan terbesar sekitar 9 hari setelah ovulasi kemudian mulai mengisut, dan ini disebut korpus luteum menstruasi. Pembuluh darah yang semula banyak, berkurang dan unsur sel mengecil dan mengalami degenerasi lemak. Jaringan ikat diantara sel lutein meningkat jumlahnya dan mengalami hialinisasi dan secara bertahap, sedikit demi sedikit korpus luteum berubah menjadi parut putih yang disebut korpus albikans (Leeson, et al., 1996).
5.      Folikel Atresia
Semua folikel yang gagal berkembang menjadi layu, mungkin sebagai folikel primer atau setelah tingkat apapun selama perkembangan. Pengisutan folikel ini disebut atresia yang tampaknya dimulai dari dalam telur. Peristiwa tersebut diikuti oleh kelayuan sel folikel. Pada atresia folikel primer, ruang yang terbentuk diisi dengan stroma. Atresia pada folikel berkembang peristiwanya lebih rumit, seperti pada atresia folikel primer, tanda kelayuan dimulai pada telur dan sel folikel. Zona pellusida mengembang dan bertahan untuk beberapa lama sesudah hilangnya telur dan folikel. Sel teka interna berkembang mirip seperti pada korpus luteum. Sel tersebut membesarkan ukurannya, tersusun dalam jajaran mirip jari-jari dan berpembuluh darah. Membran kemaka (Glassy membran) juga bertambah tebal dan membentuk sabuk hialin. Sesudah penyerapan sel-sel folikel sel tekamenjadi layu dan digantikan dengan jaringan ikat (Junguiera et al.,1992).

                                                Gambar.Ovarium (Ganong, 2007)



Fisiologi Ovarium
Dalam kajian fisiologi ovarium maka tidak akan lepas dari pembentukan folikel (folikulogenesis), ada 3 macam folikel di kortex ovarium yang meliputi: folikel muda, folikel tumbuh, dan folikel matang. Folikel muda tumbuh sejak bayi sampai akil baligh, maka folikel tersebut disebut dengan folikel tumbuh. Folikel tumbuh menempuh 3 tahap: primer, sekunder dan tertier. Folikel matang ialah folikel tertier yang telah mengalami pematangan disebut dengan folikel de graaf (Yatim, 1994).
Dalam kortex ada 5 macam folikel: 1) folikel muda, 2) folikel primer, 3) folikel sekunder, 3) folikel tertier, 4) folikel de graaf. Folikel muda terdiri dari oosit besar yang diseliputi selapis sel-sel folikel yang gepeng (Yatim, 1994).
Folikel primer berasal dari satu epitel benih yang membelah diri. Sel yang akan menjadi ovun berada ditengah-tengah dikelilingi oleh sel-sel kecil hasil pembelahan yang nantinya akan berkembang menjadi sel granulosa (Partodihardjo, 1992).
            Oosit membentuk mikrovilli, sedang sel granulose membentuk filopodia yang merupakan tonjolan-tonjolan halus panjang ke arah oosit (Yatim, 1994).
Folikel sekunder oosit mencapai besar maksimal dan letaknya eksentrik dalam folikel. Sel garnulosa terdiri dari 6-12 lapis sel. Folikel tertier terbentuk rongga dalam folikel yang disebut dengan antrum. Antrum ini bersisi cairan liquor folliculi. Folikel degraaf oosit diselaputi beberapa lapis sel granulosa yang berada dalam suatu jorokan ke dalam antrum yang disebut dengan cumulus oophorus.

Deskripsi Hormon Reproduksi wanita
Dalam ovarium mensintesis 3 macam hormon, yaitu: estrogen, progesteron, dan relaxin. Estrogen dan progesteron merupakan hormon steroid, sedangkan relaxin merupakan poliptide (Partodihardjo, 1992).
Estrogen merupakan hormon yang berperan penting pada kerja sel granulosa, sel teca, dan sel luteal ovarium. Hormon estrogen ini juga berperan pada reseptor FSH dan LH (Suhaemi, 2007), reseptor FSH pada sel granulose berperan dalam perkembangan folikel. Hormon FSH bersifat obligatori bagi seleksi dan perkembangan folikel dominan. System sinyal reseptor FSH berperan penting dalam pertumbuhan dan diferensiasi folikel dominan melalui kemampuannya membentuk cairan folikel, proliferasi sel, produksi E2 dan ekspresi reseptor LH (Suhaemi, 2007).
Hormon yang menstimulasi folikel merupakan suatu hormon glikoprotein yang diproduksi oleh pituitari anterior, yang bersama dengan LH mengatur fungsi gonad dengan mengikat cAMP dalam jaringan gonad target. FSH, seperti glikoprotein pituitari lainnya, tersusun dari satu subunit alfa yang lazim dapat meningkatkan kerja hormon dan subunit beta yang unik memberikan kekhususan. Fungsi pokok FSH adalah untuk menstimulasi perkembangan gametogenesis dan folikel pada wanita dan perkembangan spermatogenesis pada pria. FSH bekerja pada folikel ovarium yang belum dewasa dan menginduksi perkembangan oosit dan folikel dewasa (Katzung, 2002).
Selain FSH yang berperan dalam perkembangan folikel hormon LH diketahui pula membantu perkembangan folikel hingga folikel mencapai proses pematangan yang sempurna. LH diketahui juga berperan dalam merangsang produksi estrogen dalam folikel oleh sel-sel granulosa dan teca interna (Partodihardjo, 1992).
Baik LH maupun FSH diperlukan untuk steroidogenesis ovarium dengan tepat. LH menstimulasi produksi androgen oleh sel-sel tersebut, dan FSH menstimulasi perubahan androgen menjadi estrogen oleh sel granulosa (Katzung, 2002).
Hormon luteinisasi (LH) merupakan hormon glikoprotein yang terdiri dari dua rantai dan seperti FSH dihasilkan oleh pituitari anterior. LH terutama bertanggung jawab terhadap pengaturan produksi hormon steroid gonad. Pada pria, LH bekerja pada sel leydig testis untuk menstimulasi poduksi testosteron. Di dalam ovarium, LH bersama-sama FSH bekerja untuk menstimulasi perkembangan folikel. LH bekerja pada folikel yang sudah matang untuk menginduksi ovulasi, dan menginduksi korpus luteum dalam fase luteal dari siklus menstruasi untuk menghasilkan progesteron dan androgen (Katzung, 2002).
Estrogen steroid dapat dihasilkan dari hewan dan banyak juga ditemukan estrogen nonsteroid yang telah disintesis. Banyak fenol memiliki aktivasi estrogen, dan banyak aktivasi estrogen telah dikenal berbagai bentuk kehidupan yang ditemukan dalam sedimen lautan. Senyawa-senyawa menyerupai estrogen (Flavonoid) banyak ditemukan pada tumbuhan termasuk pada kedelai dan makanan lainnya. Estrogen utama yang dihasilkan oleh wanita adalah estradiol (estradiol 17β, E2), estrone (E1) dan estriol (E3). Estradiol adalah produk sekresi utama dari ovarium. Meskipun estron tertentu diproduksi dalam ovarium, sebagian besar estrone dan estriol dibentuk di hati dari estradiol atau dibentuk di jaringan-jaringan perifer dari androstenedione dan androgen lainnya. Selama fase awal menstruasi estrogen diproduksi dalam folikel ovarium oleh sel-sel teca dan sel-sel granulosa. Setelah ovulasi estrogen dan progesteron disintesisi oleh sel-sel granulose luteinisasi dan sel teca dari korpus luteum, dan jalur sintesisnya agak berbeda (Katzung,2002).
Hormon progesteron yang terdapat pada ovarium terbentuk pada bagian folikel, sel- sel ovarium dan Korpus luteum (KL). Korpus luteum (KL) adalah jaringan tubuh yang banyak membentuk progesteron. Menurut Mahaputra dan Restia (1993) dalam Husnurrizal (2008) Penurunan kadar progesteron ini akan merangsang hipofisa anterior melepaskan FSH dan LH, kedua hormon ini bertanggung jawab dalam proses folikulogenesis dan ovulasi, sehingga terjadi pertumbuhan dan pematangan folikel. Folikelfolikel tersebut akhirnya menghasilkan hormon estrogen yang mampu memanifestasikan gejala birahi. Dalam uterus progesteron mempunyai tiga pengaruh nyata yang meliputi : pertama untuk menghambat kontraksi myometrium, kedua progesteron merangsang tumbuhnya kelenjar-kelenjar susu uterus pada endometrium. Ketiga pada spesies tertentu implantasi selalu diikuti oleh proses perkembangan sel-sel permuksaan endometrium yang menerima blastocyt yang disebut deciduoma (Partodihardjo, 1992).



Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan suatu cara yang dapat menghambat proses ovulasi sampai dengan menyebabkan kegagalan uterus untuk menerima embrio untuk implantasi disebut dengan kontrasepsi, apabila bahan tersebut bekerja setelah proses implantasi disebut dengan abortivum (Meles, 2001).
Pernyataan di atas sama halnya dengan antifertilitas yang merupakan tujuan dari penelitian ini, karena antifertilitas merupakan suatu bahan yang dapat mempengaruhi secara fisiologis sistem reproduksi hewan betina maupun jantan dengan tujuan untuk mencegah terjadi kebuntingan. Suatu bahan antifertilitas yang menghambat proses ovulasi sampai dengan menyebabkan kegagalan uterus untuk menerima embrio untuk implantasi disebut dengan kontrasepsi, apabila bahan tersebut bekerja setelah proses implantasi disebut dengan abortivum (Meles, 2001).
Bahan yang digolongkan sebagai antifertilitas dapat bekerja pada berbagai tempat di dalam tubuh yaitu pada poros hipothalamus hipofisa ovarium, tubafalopii, uterus dan pada proses spermatogenesis. Bahan antifertilitas yang bekerja pada ovarium dapat mempengaruhi proses pembentukan folikel dan proses ovulasi. Bahan antifertilitas yang bekerja pada tubafalopii dapat mempengaruhi transportasi ovum maupun spermatozoa, proses fertilisasi dan transport dari zygot. Bahan antifertilitas yang bekerja pada uterus dapat mempengaruhi proses implantasi, organogenesis dan perkembangan fetus (Wurlina, 2005).
Dalam Islam masalah tentang kontrasepsi banyak dibicarakan, hal ini sangat berkaitan dengan diadakannya suatu pogram keluarga berencana. Rasulullah SAW bersabda “ Bencana yang nyata adalah memiliki banyak keluarga dengan harta yang sedikit”. Berdasarkan keterangan ini dapat dikatakan bahwa keluarga yang ditanyakan itu adalah keluarga yang fakir, dan tidak mampu menyediakan nafkah yang sesuai dengan jumlah anak yang dimiliki, maka keluarga tersbut boleh menggunakan alat-alat kontrasepsi yang dibenarkan dan aman untuk digunakan untuk mengatur jarak kelahiran. Selain itupenggunakan kontrasepsi juga diperbolehkan jika untuk menjaga kesehatan atau karena alasan kesehatan.
Hormon Kontrasepsi
Estrogen atau hormon seks wanita bertanggung jawab atas pertumbuhan dan perkembangan tuba falopi, ovarium, uterus dan alat kelamin eksternal serta karakteristik seksual sekunder wanita. Estrogen terutama berkaitan dengan perubahan-perubahan siklus normal yang terjadi pada endometrium dan rahim selama siklus (Herman, 1996).
Estrogen merupakan hormon steroid yang paling sedikit jumlah atom karbonnya yaitu terdiri dari 18 atom karbon. Estrogen disintesis dan dibebaskan dalam sirkulasi darah oleh ovarium, plasenta, dan adrenal kortex (Partodihardjo, 1992).
Bagian terpenting dari ovarium yang membentuk estrogen adalah sel-sel teca interna, jika folikel de graaf mencapai kebesaran yang optimal untuk ovulasi maka jumlah sel-sel teca interna mencapai puncaknya, dan efek biologi akan maksimal yang ditandai dengan tingkah laku birahi betina (Partodihardjo, 1992). Fungsi utama estrogen adalah menyebabkan poliferasi sel-sel dan alat kelamin, memelihara system reproduksi dan menimbulkan tanda-tanda seks sekunder pada betina (Yatim, 1996).
Estrogen terutama estradiol bertanggung jawab atas timbulnya sifat-sifat kelamin sekunder pada hewan betina, menjelang ovulasi konsentrasi estradiol tinggi di dalam tubuh dan menekan produksi FSH dan dengan menstimuler LH menyebabkan terjadinya ovulasi (Partodihardjo, 1992).
Progestin merupakan hormon yang secara alami terutama diproduksi oleh corpus luteum dan plasenta yang berperan dalam reproduksi dengan mempersiapkan endometrium untuk implantasi telur dan membantu perkembangan serta berfungsi kelenjar mammary. Progesterone merupakan progestin alam yang paling banyak yang memiliki fungsi lain sebagai prazat untuk produksi berbagai androgen, kortikosteroid dan estrogen secara endogen (Herman, 1996).

Organ reproduksi yang menghasilkan progesteron antara lain: ovarium, testes, adrenal cortex dan plasenta. Progestreon ini berfungsi untuk menstimulasi endometrium untuk tumbuh lebih lanjut serta mensekresi dan mengumpulkan zat-zat gizi bagi telur menjadi janin (Partodihardjo, 1992). Progesteron mempertahankan kebuntingan dengan menghasilkan suatu lingkungan endometrial yang sesuai dengan kelanjutan hidup dan perkembangan embrio (Toilehere, 1998).
Progesteron bekerja sama dengan esterogen menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan system alveolar kelenjar mamae. Progesteron yang menghambat produksi FSH dan LH mencegah terjadinya estrus, ovulasi dan siklus birahi (Toelihere, 1993).

Mekanisme Kerja Hormon Kontrasepsi
Pemakaian estrogen dan progestin dapat menggangu fertilitas dengan berbagai cara, sangat jelas bahwa campuran antara keduanya yaitu estrogen dan progestin dapat menghambat ovulasi dan menggangu fertilitas. Pengukuran FSH dan LH dalam sirkulasi menunjukkan bahwa kombinasi estrogen dan progesteron menekan kedua hormon gonadotropin. Penghambatan sekresi hormon tersebut dapat menunjukkan bahwa ovulasi dapat dicegah dengan baik dengan inhibisi stimulus ovarium pencegahan pertumbuhan folikel (Herman, 1996).
Pemakaian progestin secara terus menerus dalam dosis yang cukup menghentikan siklus selama pemberian, dapat menyebabkan atropi ovarium serta endometrium. Kontrasepsi progestin tunggal menekan bervariasi FSH, LH dan ovulasi yang menjelaskan efek umpan balik pada kombinasinya. Dosis besar estrogen yang digunakan sebagai kontrasepsi setelah senggama menghambat fertilisasi dan nidasi dengan berbagai cara. Motilitas saluran telur mungkin berubah seperti halnya endometrium dan penghentian dosis besar estrogen yang menginduksi perdarahan (Herman, 1996).



Metode Kontrasepsi
·         Kontrasepsi Hormonal
Sekarang ini banyak tersedia kontrasepsi oral yang mengandung hormon estrogen atau progestin (atau keduanya). Preparat-preparat ini berbeda secara kimia dan kemungkinan banyak memiliki kesamaan, tetapi ada perbedaan yang jelas. Dua tipe preparat digunakan untuk kontrasepsi oral: (1) gabungan estrogen dan progestin dan (2) terapi progestin secara terus menerus tanpa pemberian estrogen secara bersamaan. Preparat-preparat yang digunakan secara oral diabsorpsi dengan baik, dan dalam preprat kombinasi farmakokinetika salah satu obat secara signifikan tidak dapat diubah oleh obat lain (Katzung, 2002).
Mekanisme kerja kombinasi estrogen dan progestin menyebabkan efek kontrasepsi yang umumnya melalui hambatan selektif fungsi pituitari yang menyebabkan hambatan ovulasi. Agen kombinasi ini juga menyebabkan perubahan mukosa serviks dalam endometrium rahim, dan menyebabkan perubahan motilitas dan sekresi dalam tube uterina, yang semuanya menurunkan kemungkinan terjadinya konsepsi dan implantasi. Penggunaan progestin saja secara terus menerus tidak selalu menghambat ovulasi. Oleh karena itu, faktor lain yang telah disebutkan berperan penting untuk mencegah kehamilan apabila agen-agen ini digunakan (Katzung, 2002).
Kombinasi kedua hormon tersebut secara kronis mendepresi fungsi ovarium. Perkembangan folikuler menjadi minimal, korpus luteum, folikel-folikel yang lebih besar, stroma edema, dan fitur-fitur normal yang biasanya terlihat pada wanita-wanita yang sedang mengalami ovulasi tidak tampak. Ovarium umumnya menjadi lebih kecil bahkan ketika membesar sebelum terapi dilakukan (Katzung, 2002).
Efek kontrasepsi oral pada sistem saraf karena adanya kombinasi antara estrogen dan progestin telah diketahui pada hewan. Estrogen cenderung meningkatkan eksitabilitas (kemapuan eksitasi pada otak), sementara progesteron menurunkannya. Estrogen juga diketahui mampu mengubah struktur dan dan fungsi adrenal. Estrogen yang diberikan secara oral atau dalam dosis yang tinggi akan meningkatkan konsentrasi plasma globulin α2 yang mengikat cortisol (globulin pengikat-corticosteroid). Globulin pengikat-thyroxin meningkat, akibatnya jumlah kadarkadar plasma thyroxin (T4) meningkat lebih besar dibandingkan kadar yang terlihat saat kehamilan. Estrogen dapat menurunkan kadar plasma androgen bebas dengan cara meningkatkan ikatannya. Sejumlah besar estrogen kemungkinan menurunkan androgen melalui supresi gonadotropin. Hormon-hormon tersebut juga mempunyai efek besar pada fungsi hati, karena sebagian besar dapat merusak hati (Katzung, 2002).
·         Kontrasepsi Oral
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum secara oral. Sedangkan minipil cenderung berisi derivat progestin. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain (Evitaphani, 2009).
Pil dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama atau menjarangkan waktu kehamilan-kehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan wanita. Berdasarkan atas bukti-bukti yang ada dewasa ini, pil itu dapat diminum secara aman selama bertahuntahun. Tetapi, bagi wanita-wanita yang telah mempunyai anak yang cukup dan pasti tidak lagi menginginkan kehamilan selanjutnya, cara-cara jangka panjang lainnya seperti spiral atau sterilisasi, hendaknya juga dipertimbangkan. Akan tetapi, ada pula keuntungan bagi penggunaan jangka panjang pil pencegah kehamilan. Misalnya, beberapa wanita tertentu merasa dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil daripada tidak. Atau mungkin menginginkan perlindungan yang paling efektif terhadap kemungkinan hamil tanpa pembedahan. Kondisi-kondisi ini merupakan alasan-alasan yang paling baik untuk menggunakan pil itu secara jangka panjang (Evitaphani, 2009).
Menurut (Evitaphani, 2009) Macam – macam pil ini adalah :
1. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Kombinasi
2. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Sekuensial
3. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Mini
4. Pil Kontrasepsi Oral Tipe Pil Pascasanggama (Morning After Pill, 2007).
·         Implan Progestin
Kapsul subdermal yang mengandung levonorgestrel menawarkan kontraseptik jangka pangjang. Enam kapsul ,masing-masing sebesar korek api ,ditempatkan subkutan pada lengan atas.progestin dilepaskan dengan lambat dari kapsul yang memberikan perlindungan kontasepsi kira- kira 5 tahun .implan ini lebih murah dari pada kontasepsi orang lebih dapat dipercaya seperti sterilisasi,dan reversible total jika impaln di angkat dengan pembedahan.
·         Intra uterine device (IUD)
IUD  atau awam menyebutnya spiral adalah alat plastik kecil yang terbungkus dengan kabel tembaga. Alat berbentuk "T" ini menghambat kehamilan dengan mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur dengan cara menghentikan jalan sperma ke tuba falopi atau dengan mengganti jalan uterus sehingga telur yang matang tidak dapat dibuahi.
Sesuai tipenya, IUD dapat digunakan secara efektif dalam jangka waktu 5-10 tahun tanpa harus diganti. Bentuknya cukup kecil sehingga ginekolog dapat memasukkan alat ini ke dalam uterus dengan prosedur yang mudah.
Selain efektif, para dokter ginekolog juga menyatakan risiko efek samping dari alat kontrasepsi ini terbilang kecil. Risiko kehamilan dari penggunaan implan hanya sekitar 0,05 persen.
Rekomendasi baru yang dikeluarkan American College of Obstetricians and Gynecologist ini menggantikan pedoman lama yang dikeluarkan Januari 2005. Pada saat itu dinyatakan hanya wanita yang sudah melahirkan dan memiliki risiko penularan penyakit seksual saja yang disarankan untuk memakai IUD. Kendati demikian, banyak akseptor yang tidak termasuk dalam kriteria tersebut tetap memilih IUD dan implan.
Setiap metode kontrasepsi memiliki efek samping, termasuk dengan IUD. Menurut para ahli dari Mayo Clinic, IUD bisa menimbulkan efek samping sakit kepala, berat badan bertambah, perubahan mood, serta rasa nyeri dan jumlah darah haid lebih banyak. Perdarahan yang terlalu lama juga bisa menyebabkan anemia.
Efek samping lain yang dicatat antara lain nyeri saat berhubungan seks dan inflamasi di bagian vagina. Efek samping tersebut akan berkSurang atau menghilang seiring dengan lamanya alat KB ini digunakan.
1.      `KONTRASEPSI ORAL
a.      Cerazette
Komposisi   : desogestrel
Indikasi       : kontrasepsi
Dosis           : 1 tablet/ hari
KI               : dik. Atau diduga hamil, penyakit troembolik aktif, riwayat penyakit hati berat, tumor yang tergantung progestagen, pendarahan vagina tidak terdiagnosa, hipersensitif terhadap terhadap komponen obat
EF               : kanker payudara, kanker hati, tromboemboli, kloasma, sakit kepala, BB meningkat, nyeri payudara, mual, pendarahan yang tidak teratur, amenore, akne, perubahan emosi, penurunan libido, vaginitis, disminore, kista ovarium, muntah, alopesia, lelah, ruam kulit, urtikaria, eritemia nodosum.
IO               : hidantoin, barbiturat, primidon, karbamazepin, rifampisin, okskarbazepin, rifabutin, troglitazon, felbamat, griseofulvin.
b.      Cyclogynon
Komposisi   : ethinyl estradiol 0,03 mg, levonortgestrel 0,15 mg
Indikasi       : kontrasepsi oral untuk mencegah kehamilan
KI              : pasien dengan riwayat atau mengalami gangguan tromboflebitis atau trombo embolik. Penyakit arteri serebrovaskular atau koroner. Diduga atau diketahui kanker payudara. Kanker endometriumatau diduga neoplasia yang tergantung estrogen. Perdrahan abnormal genital yang tidak diketahui penyebabnya. Ikterus selama hamil atau karena penggunaan obat kontrasepsi seblumnya. Penyakit hati berat ataukanker hati. Diketahui atau diduga adanya kehamilan. Anemia sel sabit. DM berat badan dengan gangguan vaskuler. Gngguan metabolisme lipid. Riwayat herpes gastational. Otosklerosis yang memburk selama kehamilan.
ES              : kloasma yang dieksaserbasi oleh sinar matahari.penurunan toleransi terhadap lensa kontak. Tromboflebitis, tromboemboli arterial, emboli pulmoner, infark miokard,perdarahan serebral, trobosis retinal, mual, muntah, kram perut, perubahan haid, dll.
IO               : efek berkurang oleh rifampisin, ampicillin, tetrasiklin, barbituat, fenilbutazon, fenitoin Na, karmazepin, griseofulvin. Meningkatkan kebutuhan akan insulin atau obat antidabetes lain.
c.       Diane 35
Komposisi   : cyproterone acetate 2 mg, ethinyl estradiol 0.035 mg
Indikasi      : kontrasepsi oral. Jerawat pada pasien yang menggunakan kontrasepsi
KI              : hamil, laktasi, gangguan fungsi hati berat, riwayat ikterus idiopatik atau pruritas selaa hamil, sindroma Dubin-Johnson, sindrom Rotor, tumor hati, trombombolik, anemia sel sabit, dalam pengobatan kanker payudara atau endometrium, DM berat, gangguan metabolisme metabolisme lemak, riwayat herpes dan otosklerosis pada kehamilan, pendarahan yang abnormal.
ES              : perlunakan payudara, nyeri pada payudara, sakit kepala, perasaan depresi, mual, nyeri perut, perubahan BB.
IO              : fenioin, barbiturat, primidon, karbamasezepin, rifampisin, popiramad, felbamat, penisilin, tetrasiklin, siklosporin, dll.
d.      Exluton
Komposisi   : lynestrenol
Indikasi       : kontrasepsi oral
KI              : hamil, penyakit hati berat, riwayat ikterik, herpes gestasionis dalam kehamilan, pendarahan vagina tidak terdiagnosa, riwayat kehamilan tuba.
ES               : perubahan BB, gangguan GI, sakit kepala, migran, perubahan mood, ruam, perubahan sekresi serviks, kandidiasis, penurunan toleransi glukosa, peyudara melunak.
IO               : antikoagulan, barbituran, rifampisisn, beberapa laksatif.

2.      KONTRASEPSI SUNTIK
a.      Cyclofem
Komposisi   : per ml medroxyprogesterone acetat 50 mg, estradiol cypionate 10 mg
Indikasi      : kontrasepsi
KI              : pendarahan vagina, ISK, patologi payudara tak terdiaknosa. Pengguanaan rifampisin atau antikonvulsan.
b.      Planibu
Komposisi  : medroxyprogesterone acetat
Indikasi      : kontrasepsi
KI              : pendarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya, diketahui atau diduga kanker payudara, gangguan funsi hati dan hamil
ES              : haid teratur, perubahan BB, sakit kepala, gugup, nyeri atau tidak enak pada abdomen, nyeri punggung bawah, vaginitis,nyeri panggul atau payudara,kerang tungkai,depresi, ruamkulit, kemerahan dan sensasi hangat pada wajah.
IO               : aminoglutetimid tid.

3.      KONTRASEPSI  LAIN
a.      Copper-T Libi Safe Load dan Limas
Komposisi  : IUD bentuk-T dengan kawat tembaga tipis yang distabilkan dengan inti polyethylene dengan safe load
Indikasi       : kontrasepsi intrauterun
KI               : hamil; kehamilan ektopik, malformasi atau distorsiuterus atau serviks uteri, penyakit radang panggul aktif, danya riwayat penyakit menular seksual, aburtus yang terinfeksi dalamwaku 3 bulan belakangan, perdarahan yang tak terdiagnosa, koagulopati, pengobatan dengan antikoagulan, gangguan metabolisme tembaga, anemia berat.
ES               : kram uterus dan atau nyeri abdomen, sinkop, brakardia, episode neurovaskuler lain selamaatau sesudah pemasangan atau pengangkatan IUD , perdarahan yang banyak,pemanjangan waktu menstruasi,dismenore,nyeipunggung dan tungkai,penyakit radang panggul,keluarnya sekret abnormal dari vagina,reaksi pada kulit berupa urtikaria.

b.      Implanon
Komposisi   : etonogestrel
Indikasi       : kontrasepsi reversibel jangka lama
KI               : diketahui atau diduga hamil, gangguan tromboembolik vena aktif, sedang atau pernah mengalami penyakit hati berat, tumor yang tergntung progesteron, perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya.
ES               : sakit kepala,pusing, gugup, depresi, emosi labil, penurunan nafsu makan, nyeri perut, mual, kembung, prubahan BB dan lipido, nyeri pada payudara, vaginitis, dismenero, perdarahan tidak teratur, gejala yang menyerupai flu, letih, rasa panas dan kemerahan pada wajah, akne, alopesia, nyeri dan reaki peda tempat injeksi.
c.       Nova T CU 200 AG
Komposisi   : IUD bentuk-T dengan kawat tipis terbuat dari copper(tembaga) yang distabilkan dengan inti perak.
Indikasi       : kontrasepsi
KI               : diketahui atau diduga hamil, penyakit radang panggul, ISK bawah, endometrium pasca partum, abortus terinfeksi selama 3 bulan silam, servisitis yang tidak diterapi, keganasan uterus atau serviks yang tidak diterapi, pendarahan uterus yang abnormal yang tidak terdiagnosa,alergi tembaga, penyakit Wilson,gangguan koagulasi darah, kondisi yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap infeksi.
ES               : pendarahan haid bertambah banyak, bercak-bercak pendarahan,dismenore, nyeri perut bawah atau nyeri punggung, anemia. Hamil.penyakit radang panggul,reaksi alergi pada kulit.


BAB III
PENUTUP

a.       Kesimpulan
Estrogen endogen pada manusia terdiri dari estradiol,  estriol dan estron. Sekresi estradiol paling banyak dan potensi estrogeniknya juga paling kuat. Oksidasi estradiol menjadi estron dan hidrasi estron menjadi estriol terutama terjadi di hepar, ketiga jenis estrogen tsb diekskresikan melalui urin dalam bentuk konyugasi dengan asam sulfat atau glukuronat.

b.      Saran
Dalam penggunaan obat-obat kontrasepsi, sebaiknya perhatikan efek samping dan interaksi obat yang ditimbulkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar