ANTIKOAGULAN
Antikoagulan
adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau
dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi
fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Jika tes membutuhkan darah
atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi
antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan
spesimen untuk mencegah pembentukan microclot. Pencampuran yang lembut sangat
penting untuk mencegah hemolisis.
Ada
berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis pemeriksaan
tertentu.
1. EDTA (
ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2 )
Umumnya
tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium), mencegah
koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. EDTA memiliki
keunggulan disbanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu tidak mempengaruhi
sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian hematologi, seperti pemeriksaan
hemoglobin, hematokrit, KED, hitung lekosit, hitung trombosit, retikulosit,
apusan darah, dsb.
K2EDTA
biasanya digunakan dengan konsentrasi 1 - 1,5 mg/ml darah. Penggunaannya harus
tepat. Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya,
bila EDTA kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan
mengalami disintegrasi. Setelah darah dimasukkan ke dalam tabung, segera
lakukan pencampuran/homogenisasi dengan cara membolak-balikkan tabung dengan
lembut sebanyak 6 kali untuk menghindari penggumpalan trombosit dan pembentukan
bekuan darah.
Ada
tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium EDTA (K2EDTA) dan
tripotassium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk
kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk cair. Dari ketiga
jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH
(International Council for Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical
and Laboratory Standards Institute).
Tabung
EDTA tersedia dalam bentuk tabung hampa udara (vacutainer tube) dengan tutup
lavender (purple) atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.
2. 2. Trisodium
citrate dihidrat (Na3C6H5O7 •2 H2O
)
Citrat
bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi kalsium. Trisodium sitrat dihidrat
3.2% buffered natrium sitrat (109 mmol/L) direkomendasikan untuk pengujian
koagulasi dan agregasi trombosit. Penggunaannya adalah 1 bagian citrate + 9
bagian darah. Secara komersial, tabung sitrat dapat dijumpai dalam bentuk
tabung hampa udara dengan tutup berwarna biru terang.
Spesimen
harus segera dicampur segera setelah pengambilan untuk mencegah aktivasi proses
koagulasi dan pembentukan bekuan darah yang menyebabkan hasil tidak valid.
Pencampuran dilakukan dengan membolak-balikkan tabung sebanyak 4-5 kali secara
lembut, karena pencampuran yang terlalu kuat dan berkali-kali (lebih dari 5
kali) dapat mengaktifkan penggumpalan platelet dan mempersingkat waktu
pembekuan.
Darah
sitrat harus segera dicentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm dan
dianalisa maksimal 2 jam setelah sampling.
Natrium
sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte sedimentation
rate (ESR) atau KED/LED cara Westergreen. Penggunaannya adalah 1 bagian sitrat
+ 4 bagian darah.
3.
33. Heparin
Antikoagulan
ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja dengan cara menghentikan
pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan pembentukan fibrin
dari fibrinogen. Ada tiga macam heparin: ammonium heparin, lithium heparin dan
sodium heparin. Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium heparin paling
banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa
macam ion dalam darah.
Heparin
banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT (osmotic
fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah : 15IU/mL +/- 2.5IU/mL
atau 0.1 – 0.2 mg/ml darah. Heparin tidak dianjurkan untuk pemeriksaan apusan
darah karena menyebabkan latar belakang biru.
Setelah
dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6 kali dan
dicentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap dianalisa.
Darah heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah sampling.
4. 4. Oksalat
Natrium
Oksalat (Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat kalsium.
Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah. Biasanya digunakan untuk
pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan hemostasis.
Kalium
Oksalat NaF. Kombinasi ini digunakan pada pemeriksaan glukosa. Kalium oksalat
berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis dengan
cara menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urease sehingga kadar
glukosa darah stabil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar